Sri Subekti

Sri Subekti. Jalani, nikmati, syukuri, jalan pasti yang dibentangkan Ilahi. Pengawas SMA Provinsi Jawa Timur Cabdin Kab. Malang karir yang dialirkan. Menulis un...

Selengkapnya
Navigasi Web

PTK PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEQ. Tantangan Hari ke3

Penelitian Tindakan Kelas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI JAMUR MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN DENGAN MEDIA THINKING EMPOWERNES BY QUESTION (TEQ) DI KELAS X MIPA SMAN 02 BATU

Oleh:

Sri Subekti,S.Pd,M.Pd

Guru mata pelajaran biologi SMAN 2 Batu

Jl. Hasanudin Junrejo Batu, Telp.( 0341) 465454, HP 082337524910,

email: [email protected]

A. Latar Belakang

Proses berpikir dipelajari dalam proses pendidikan formal, meskipun pada dasarnya proses berpikir bisa dilakukan di mana saja sepanjang usia kehidupan manusia. Menurut Undang undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Jadi pendidikan berarti “proses berpikir seseorang” untuk mengambil nilai dari suatu peristiwa dalam mencapai tingginya derajat akhlak dan keteraturan serta kesejahteraan hidup bermasyarakat. Pendidikan bukan sekadar mempelajari teks, konsep dan ilmu-ilmu yang sudah dihasilkan oleh ilmuwan. Tetapi pendidikan adalah membelajarkan manusia untuk hidup yang berkualitas dengan pengalaman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran IPA pada hakekatnya adalah proses pembelajaran dengan pengalaman. Menurut Diknas (2006), pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Menurut Sariman (2005), aktivitas belajar adalah kegiatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik maupun mental secara optimal. Kedua aktivitas itu harus selalu terkait dalam proses pembelajaran.

Untuk itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dalam melaksanakan proses pembelajaran saintifik. Berpikir kritis harus dikondisikan dan dibiasakan. Sementara kemampuan berpikir kritis siswa sangat rendah. Siswa sebagai robot yang melaksanakan perintah untuk melakukan prosedur percobaan siswa hanya menguji konsep dan tidak menemukan konsep. Berpikir kritis biasa dilakukan untuk memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Maka seolah-olah siswa bekerja seperti ilmuwan di laboratorium, tetapi sejatinya siswa belajar untuk memenuhi hasrat ingin tahunya. Niscaya dengan demikian siswa akan produktif , kreatif dan inovatif.

Agar siswa lebih mandiri dalam pembelajaran, maka keterangan atau penjelasan guru digantikan dengan LKP berpola PBMP atau Thinking Empowernes By Question (TEQ) yang menuntun siswa dalam melakukan kerja kelompok dan mengkondisikan metode berpikir kritis secara individual. Lembar Kegiatan pembelajaran (LKP) mencerminkan kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa atau pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan berpikir kritis tahap demi tahap. LKP dibutuhkan ketika siswa harus mengikuti prosedur atau langkah-langkah bertahap, tak meloncat-loncat, sistematis, terarah agar tercapai hasil akhir.

Pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan (PBMP) atau thinking empowernes by question (TEQ) diperkenalkan oleh Corebima (1999). Pada pembelajaran dengan PBMP, tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif, seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis, sekalipun dilakukan pada kegiatan praktikum di laboratorium.

Berdasarkan pemikiran dan fakta itulah penulis ingin membuat panduan berpikir kritis dalam proses pembelajaran Biologi berupa pertanyaan-pertanyaan rasional untuk mengarahkan, memandu, memancing dan mengeksplorasi proses berpikir kritis pada materi Jamur kelas X MIPA di SMAN 2 Batu. Selanjutnya dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Biologi Materi Jamur Menggunakan Metode Penemuan dengan Media Lembar Kegiatan Pembelajaran Berpola PBMP di Kelas X MIPA SMAN 02 Batu. Berdasar latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah Bagaimanakah penggunaan media LKP berpola PBMP untuk meningkatkan hasil belajar biologi Materi Jamur dengan metode penemuan ? Apakah ada peningkatan hasil belajar biologi materi jamur menggunakan metode penemuan dengan media LKP berpola PBMP? Diharapkan dapat memberi manfaat dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif yang mandiri dalam metode penemuan tentang materi jamur, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Bagi siswa dapat memberikan bekal dan bantuan untuk meningkatkan hasil belajar, dan berpikir kritis. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan memperolah refleksi mendalam tentang konsep jamur sehingga bermanfaat dalam kehidupannya.

B. ISI

Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman untuk memahami konsep dengan menekankan aspek pengalaman bukan sekedar penjejalan konsep belaka. Pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan mengembangkan daya nalar dan proses berpikir ilmiah. Pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis, dalam pengertian setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa aktifitas, proses belajar tidak akan terjadi.

Menurut Sariman (2005) aktivitas belajar adalah keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik maupun mental secara optimal.Keaktifan siswa meliputi keterlibatan intelektual, emosional, fisik dan mental baik melalui mengalami, menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap secara terpadu sehingga nantinya tercapai keseimbangan dalam pembentukan sikap yang baik dalam setiap perbuatan. Pembelajaran biologi dilakukan untuk mencapai kompetensi berpikir ilmiah. Oleh karena itu pengajaran biologi membutuhkan aktifitas kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk memperoleh pengalaman secara langsung. Konsep-konsep yang dipelajari siswa tersebut seyogyanya terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi dirinya dan lingkungannya. Dalam pembelajaran biologi, siswa dituntut untuk aktif selama kegiatan belajar mengajar melalui kerja ilmiah dan berpikir ilmiah.

Kurikulum 2013 mengutamakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Metode ilmiah adalah alat untuk menemukan pengetahuan, konsep-konsep baru, menemukan inovasi-inovasi dalam berbagai bidang, menemukan berbagai macam produk yang dibutuhkan dalam kehidupan. Melakukan metode ilmiah berarti mengembangkan daya analisis, berpikir kritis atau logis, dengan menggunakan penalaran berdasarkan fakta atau teori untuk mendapatkan solusi dari sebuah permasalahan kehidupan yang dihadapi. Metode ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan melalui kegiatan mengamati (observasi), merumuskan masalah, mengembangkan hipotesa, melaksanakan percobaan, menganalisis data dan menyimpulkan serta publikasi atau melaporkan hasil. Menurut Gredler (2011), konstruktivis educational memandang semua pengetahuan sebagai konstruksi manusia. Sejalan dengan prinsip Piaget bahwa belajar adalah proses internal, dan konflik kognitif dan berasal dari tantangan terhadap pemikiran seseorang.

Langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang diintegrasikan dari langkah-langkah metode ilmiah dikenal dengan 5 M yaitu mengamati, menanya, mencari data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Analogi 5 M dengan 5 langkah metode ilmiah.

Salah satu alat bantu untuk melakukan proses pembelajaran di kelas maupun di Laboratorium adalah lembar kerja siswa (LKS). Menurut Iapbe (2007) ciri LKS yang baik adalah instruksinya jelas, sesuai dengan jatah waktu yang tersedia, berisi beragam kegiatan belajar, mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara terpadu, mendorong siswa menemukan sendiri, berisi ilustrasi yang menarik, sistematis, bahasa mudah dimengerti, sesuai dengan taraf kemampuan siswa, jelas sumber data/ informasi yang hendak digunakan. Berdasarkan hal ini maka guru perlu melakukan revisi dan modifikasi agar lebih cocok atau bahkan mengembangkan sendiri LKS agar benar-benar sesuai dengan kondisi yang ada dikelas. Pertanyaan adalah bagian penting LKS, karena pertanyaan dalam LKS akan mengarahkan siswa dalam mempelajari suatu konsep. Menurut Corebima (2004) tingkat atau kualitas pertanyaan yang digunakan akan membentuk kebiasaan pola pikir siswa, rendah atau tinggi. Menurut Fraze dan Rudnitski (1995) pertanyaan dikatakan baik jika mengandung jawaban yang terkait dengan isue penting serta menuntut proses berpikir. Jadi pertanyaan yang baik akan memperdayakan proses berpikir siswa. Pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan (PBMP) atau Thinking Empowernes By Question (TEQ) diperkenalkan oleh Corebima (1999). Pada pembelajaran dengan TEQ, tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif, seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis, sekalipun dilakukan pada kegiatan praktikum dilaoratorium.

Struktur lembar kerja pembelajaran (LKP) dengan pola TEQ dikembangkan sendiri oleh peneliti sesuai dengan pendekatan santifik metode penemuan. Pertanyaan disusun secara sistematis menunjukkan alur berpikir dari yang sederhana sampai kompleks sampai ditemukannya konsep tentang indikator yang dipelajari pada materi tentang jamur. Indikator tidak disusun hanya konsep tekstual tentang jamur tetapi peserta didik diharapkan mampu membedakan peranan dan dampak adanya jamur dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam proses menemukan konsep jamur, peserta didik dapat menemukan sendiri pengetahuan tentang jamur. Selanjutnya LKP ini diharapkan dapat melatih psikomotor siswa dan sikap ilmiah pada siswa.

Bentuk penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru (Prof. Dr. Suwarsih Madya, dalam Agus Krisno, 2009). Penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran di kelas X MIPA Standar Kompetensi Jamur Tahun Pelajaran 2016/2017 semester genap SMA Negeri 02 Batu.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan kali ini dimaksudkan untuk melihat evektifitas alat bantu pembelajaran yaitu media LKP TEQ dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran penemuan. Pengambilan data dilakukan oleh team pengajar biologi kelas X yang terdiri dari dua orang guru. Guru pertama (Sri Subekti, S.Pd,M.Pd) selaku peneliti, pengajar dan pengembang LKP PBMP dan guru lainnya (Dra. Feni Tien Faizah) selaku observerd. Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi aktivitas siswa selama pembelajaran Standar Kompotensi 3.5 Jamur siklus 1 dan 2 tentang klasifikasi jamur, reproduksi dan peranan jamur dalam kehidupan.

Subyek penelitian adalah siswa kelas X Program MIPA 2 yang berjumlah 32 siswa. Data berupa hasil siswa menjawab pertanyaan LKP pada tahap 5 M, data hasil tes kognitif diakhir siklus dan tes sikap ilmiah dan ketrampilan proses saat praktikum. Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan macam data yang akan diperoleh. Teknik pengamatan aktivitas siswa untuk penilaian psikomotor aktivitas diskusi dan penilaian kognitif pada saat pelaksanaan diskusi. Kemampuan kognitif siswa diambil dari tes tiap-tiap siklus. Bentuk soal meliputi soal obyektif dan soal subyektif terstruktur untuk memastikan kemampuan siswa dalam menjawab berbagai bentuk soal. Sebagai data pelengkap peneliti melakukan observasi pada siswa untuk mengetahui efektivitas pembelajaran. Semua data diambil dengan bantuan lembar observasi, lembar evaluasi sebagaimana terlampir.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dalam suatu proses yang berarti bahwa pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif. Setiap kali pemberian tindakan berakhir, maka data yang terkumpul dianalisis (refleksi) berdasarkan hasil observasi, wawancara, tes dan catatan kegiatan lapang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994) yang akan didukung dengan data kuantitatif yang ada. Teknik analisis data kualitatif dilakukan melalui tahapan: tabulasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Penelitian dilakukan di kelas X MIPA SMA Negeri 2 Batu. Pelaksanaan penelitian dilakukan tahap persiapan yaitu penyusunan proposal (tanggal 12 Desember 2017). Pelaksanaan siklus 1 pertemuan ke-1 pada hari Selasa tanggal 9 Januari 2018 dan pertemuan ke-2 Hari Selasa tanggal 16 Januari 2018. Dilanjutkan siklus 2 pertemuan ke-3 pada Hari Jum’at tanggal 19 Januari 2018 dan pertemuan ke-4 pada Hari Selasa tanggal 23 Januari 2018. Selanjutnya pengolahan data dan pembuatan laporan.

Indikator keberhasilan tindakan dilihat dari perbandingan skor post tes siklus I dan II. Kriteria keberhasilan dapat dilihat dari nilai rata-rata ketuntasan klasikal. KKM yang digunakan adalah 75. Jika rerata hasil belajar diatas KKM, maka dianggap pelaksanaan tindakan berhasil dan penelitian bisa dianggap berhasil.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 indikator yang ingin dicapai adalah 1) Menjelaskan ciri-ciri umum jamur, 2) Mengklasifikasikan macam-macam jamur berdasarkan cirinya, 3) Mendeskripsikan macam jenis jamur berdasarkan ukurannya, 4) Mengkategorikan ciri-ciri jamur berdasarkan hifanya, 5) Menggolongkan jamur berdasarkan cara reproduksinya, 6) Mengaitkan peranan jamur dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran keseluruhan menggunakan LKP dengan model inquiry terbimbing pada siklus I dan Discovery pada siklus 2. Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan dan diskusi. Proses kegiatan awal peserta didik menjawab pertanyaan apersepsi di LKP. Jadi tidak ada pemberian informasi dari guru. Motivasi, juga dituliskan di LKP. Guru memandu diskusi hingga dirumuskannya rumusan masalah sebelum dilakukannya praktikum tentang jamur. Kegiatan Inti, dilakukan dengan proses pengamatan. Selnjutnya mengasosiasikan, dengan mengerjakan LKP secara berkelompok. Setiap kelompok menganalisis hasil amatan dan membandingkan datanya dengan teori. Mendiskusikan dengan kelompok dalam pembahasan dan menarik kesimpulan. Semua tahap itu dipandu dengan LKP TEQ. Mengkomunikasikan berupa presentasi dilakukan di hari yang berbeda. Guru mengakhiri pembahasan dalam KD denga penguatan dan peta konsep. Langkah ini juga dilakukan pada siklus selanjutnya.

Data hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 1.1 Skor capaian hasil belajar kognitif siklus I

______________________________________________________________

Hasil Belajar Katagori Ketuntasan Frekwensi

______________________________________________________________

Skor 10 A (Baik sekali) Tuntas 6

Skor 9 A (baik sekali) Tuntas 11

Skor 8 B (baik) Tuntas 8

Skor 7 C (cukup) Belum tuntas 5

Skor < 6 D (kurang) Belum tuntas 2

Rata-rata 8,4 B (baik) Tuntas

Hasil penilaian diatas diperoleh dari tes obyektif, jumlah soal 10 dari indikator 1-4 yaitu deskripsi jamur dan klasifikasi jamur berdasarkan ukurannya, hyfa, cara reproduksi dan bentuknya. Berdasarkan tabel 1.1 skor yang diperoleh siswa rata-rata 8,4 dengan katagori B (baik). Hal ini menunjukkan capaian skor klasikal tuntas bahkan baik. Ada sebanyak 6 siswa yang mendapat nilai sempurna (10), sebanyak 11 orang siswa mendapat nilai 9, sebanyak 8 siswa yang mendapat nilai 8. Jika diprosentase skor siswa yang diatas KKM sebanyak 81,2 % dan yang belum tuntas sebesar 18,8 %. Berdasarkan hasil belajar tersebut bahwa proses pembelajaran dengan metode penemuan menggunakan media LKP berpola PBMP mampu memberikan penanaman konsep tentang jamur dengan baik.

Proses pengalaman langsung tersebut terbukti mampu memberikan pemahaman yang baik kepada siswa dan dengan bantuan LKP mampu mengarahkan siswa untuk menganalisis dan menalar dengan baik temuan hasil pengamatan jamur. Sehingga dalam proses pengamatan terdapat alur yang benar dan proses berpikir yang kompleks untuk mendapatkan sebuah kesimpulan. Dengan pembelajaran LKP siswa terbantu dan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan siklus I ditemukan beberapa hal dan peristiwa yang mendapat perhatian khusus dan harus diperbaiki, sehingga tidak terulang kembali pada saat pelaksanaan tindakan siklus 2. Beberapa hal atau peristiwa tersebut antara lain:

1) Belum semua siswa mengerjakan LKP sebelum pelaksanaan pembelajaran

2) Masih ada siswa mengerjakan LKP dengan mencontoh hasil kerja temannya, sehingga proses berpikir tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Hasil refleksi yang menunjukkan persiapan siswa yang kurang pada proses pembeajaran ternyata tidak berpengaruh pada hasil belajar.

Hasil belajar siswa tentang deskripsi jamur, klasifikasi jamur, reproduksi dan peranan jamur dapat dilihat pada hasil tes siklus 2. Tes dilakukan setelah 2 kali pertemuan mengasosiasi gambar reproduksi jamur dan mengerjakan LKP serta mendiskusikannya. Demikian juga dengan materi peranan jamur. Berdasarkan hasil beajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Hasil Belajar Siklus 2

_________________________________________________________________

Hasil Belajar Katagori Ketuntasan Frekwensi

______________________________________________________________

Skor 8,6 - 10 A (Baik sekali) Tuntas 18 Skor 8 – 8,5 B (baik ) Tuntas 5

Skor 7,5 – 7,9 C (cukup) Tuntas 4

Skor < 7 D (kurang) Belum tuntas 5

Rata-rata 8,5 B (baik) Tuntas

Hasil penilaian diatas diperoleh dari tes obyektif dengan jumlah soal obyektif 10 dari indikator 1-6 yaitu deskripsi jamur dan klasifikasi jamur berdasarkan ukurannya, hyfa, cara reproduksi dan bentuknya ditambah peranan jamur serta cara reproduksinya. Cara reproduksi jamur diukur dengan menjawab pertanyaan subyektif sedangkan peranan jamur diukur dengan menjawab dengan benar peranan 10 macam jamur serta penggolongannya. Berdasarkan tabel 1.2 skor yang diperoleh siswa rata-rata 8,5 dengan katagori B (baik). Hal ini menunjukkan capaian skor klasikal tuntas dengan baik dan meningkat jika dibandingkan dengan siklus 1. Ada sebanyak 18 siswa yang mendapat nilai sempurna katagori baik sekali, sebanyak 8 orang siswa mendapat nilai katagori baik, sebanyak 4 siswa yang mendapat nilai katagori cukup dan ada 5 siswa yang belum tuntas. Jika diprosentase skor siswa yang diatas KKM sebanyak 84,3 % dan yang belum tuntas sebesar 15,7 %. Berdasarkan hasil belajar tersebut bahwa proses pembelajaran dengan metode penemuan menggunakan media LKP berpola PBMP mampu memberikan penanaman konsep tentang jamur dengan baik. Mendeskripsikan hasil pengamatan langsung terhadap struktur jamur dan mengelompokkan berbagai jenis jamur pada klasifikasi yang benar, memahami siklus reproduksi jamur dengan baik dan mampu mengenali peranan beberapa jenis jamur dengan baik.

Jika dikaji tentang keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media LKP TEQ pada materi jamur di kelas X MIPA ini bahwa siswa mendapatkan haknya sebagai pembelajar. Artinya bahwa proses alur berpikir mulai dengan mengenal jamur dengan mengidentifikasi medianya, mendeskripsikan strukturnya, mengklasifikasikan, memahami reproduksinya serta mengenal peranan dari jamur tersebut secara langsung akan memberikan memori yang kuat pada daya ingat siswa. Pengalaman langsung menunjukkan bahwa siswa melakukan proses berpikir dan belajar dengan benar. Pemahaman tentang materi jamur bukan didapatkan dari kajian tekstual atau media verbal dengan daya serap rendah, tetapi pengalaman langsung dengan daya serap paling tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Kerucut Pengalaman Dale yang menyatakan bahwa pengalaman langsung memberikan daya serap belajar paling tinggi sebesar 90 %.

Pelaksanaan kurikulum 2013 bukan hal yang mustahil untuk dilaksanakan. Karena memang siswa belum terbiasa melakukan model inquiry dalam pembelajaran maka perlu pembiasaan bukan menghindari. Dengan menggunakan LKP berpola PBMP proses pembelajaran metode penemuan dapat dilakukan dengan baik, efektif dan efisien. Siswa terbantu melakukan proses berpikir logis dan kritis berdasarkan proses penalaran hingga ditemukannya sebuah kesimpulan konsep yang dirumuskan dalam proses pembelajaran. Langkah 5 M yaitu mengobservasi, menanya, mencari data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan terbukti bisa dilakukan dengan baik oleh siswa. Dengan segala upaya untuk melaksanakan kurikulum 2013 agar terlaksana proses belajar yang sebenarnya sesuai dengan cara kerja ilmiah LKP berpola PBMP dibuat untuk membantu siswa.

Hasil pemantauan sikap ilmiah dan ketrampilan proses pada pelaksanaan praktikum juga mendapatkan hasil yang baik. Pembelajaran berjalan kondusif dengan mengunggulkan proses berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan dalam LKP mampu menuntun siswa untuk berpikir secara runtut sehingga memberikan pemahaman yang baik terhadap materi ajar. Berdasarkan hasil observasi kedua siklus, bisa diamati bahwa jalannya diskusi juga berjalan dengan baik. Pertanyaan dan jawaban siswa fokus pada pemahaman materi karena setiap pencapaian indikator pembelajaran telah di pandu oleh pertanyaan dalam LKP. Sistematika LKP ditulis sesuai langkah-langkah 5 M membuat siswa dapat mengikuti alur sebagaimana pembelajaran yang akan dilaksanakan didalam kelas. Fungsi LKP bukan seperti LKS pada umumnya yang cenderung mengajak siswa untuk mempelajari materi hanya dengan tekstual, artinya hanya menjawab pertanyaan menyalin konsep di buku literatur, tetapi LKP mampu mengajak siswa pada tataran proses berpikir ilmiah. Bahkan siswa dipandu untuk dapat menemukan sendiri rumusan masalah pada proses pembelajaran.

Jika hal ini bisa dilakukan pada setiap kali pembelajaran dan di semua jenis mata pelajaran maka dapat dipastikan siswa akan terbiasa menggunakan proses berpikir dalam pembelajaran. Dengan dampak yang bisa diprediksi bahwa hasil belajar akan meningkat sebagaimana yang telah dilaksaksanakan dalam penelitian tindakan kelas materi jamur di kelas X MIPA SMAN 2 Batu.

D. PENUTUP

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, 1) Penggunaan media LKP berpola PBMP telah dapat memandu proses berpikir siswa dalam proses pembelajaran metode penemuan pada mata pelajaran biologi materi jamur kelas X MIPA di SMA Negeri 02 Batu. Penggunaan LKP memberikan arahan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dengan metode penalaran dalam mencari pemahaman konsep materi yang dipelajari sehingga siswa dapat menemukan konsepnya secara langsung pada proses pengamatan; 2) Hasil belajar siswa pada proses pembelajaran materi jamur dengan menggunakan media LKP berpola PBMP pada pembelajaran metode penemuan adalah baik. Rerata yang dihasilkan adalah 8,4 pada siklus 1 dan meningkat 8,5 pada siklus 2. Siswa telah dianggap menguasai dengan tuntas dengan katagori baik.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini maka dapat direkomendasikan , 1) Para guru yang kesulitan dalam melaksanakan Kurikulum 2013 metode penemuan dengan mengembangkan LKP berpola PBMP dalam proses pembelajaran semua mata pelajaran terutama mata pelajaran MIPA; 2) Pengembangan LKP berpola PBMP dapat dilakukan melalui MGMP sehingga dapat saling menyempurnakan pada proses tahap pembuatan pertanyaan; 3) Pihak sekolah dharapkan dapat memfasilitasi para guru untuk mengembangkan LKP berpola PBMP.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar, 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo

Chamisijatin, Lise dan Nurwidodo, 2002, Sumber Belajar Biologi, Materi Pengayaan Sertifikasi Guru MAN se Jatim, FKIP-UMM, tidak dipubilakasikan

Corebima A.D. 1999, Proses dan Hasil Pendidikan MIPA di SD, SLTP dan SMU, Prosiding Seminar Quality Improvement of Mathematic and Science

Education in Indonesia, Bandung, 11 Agustus 1999.Makalah disampaikan pada workshop PTK pada tanggal 28 Juni 2005 di Jurusan Biologi FMIPA-UM

Dewa Komang T, 2006, Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), makalah disampaikan dalam pelatihan metodologi penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran PPKP dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Dosen-dosen LPTK seIndonesia pada tanggal 17-21 April 2006 di Makasar dan Surabaya, Direktorat Ketenagaan Dirjen PT Depsiknas.

Djohan, 2000, Pendidikan Biologi, Gramedia, Jakarta.

Herawati S, Kisyani L. Suhadi, 2006, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disampaikan dalam pelatihan metodologi penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran PPKPdan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Dosen-dosen LPTK seIndonesia pada tanggal 17-21 April 2006 di Makasar dan Surabaya, Direktorat ketenagaan Dirjen PT Depdiknas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

untuk referensi

20 Jan
Balas

Silakan, alhamdulillah, semoga manfaat

21 Jan
Balas

Tambah referensi

23 Jan
Balas



search

New Post